Jumat
pagi yang damai, udara terasa sejuk dan dingin masih menyelimuti Lidah Wetan satu
wilayah di kota Surabaya. Daerah yang banyak sekali tempat kost mahasiswa karena
dekat dengan salah satu dari universitas terbesar di Surabaya yaitu Universitas
Negeri Surabaya (UNESA). Di dalam satu rumah kost semua orang masih terbuai
dengan mimpi indah mereka masing-masing kecuali dua mahasiswa, Fausi &
Takdir, teman satu kamar yang sudah mulai bangun untuk mandi dan sholat subuh.
Setelah selesai mandi dan sholat mereka langsung menyiapkan segala sesuatu
kebutuhan mereka selama di perjalanan pulang ke kampung halaman mereka karena
sudah menjadi rutinitas mereka setiap hari jumat selalu pulang untuk berkumpul
bersama keluarga masing-masing. “Fausi
kamu udah selesai beres-beres?” Tanya Takdir, “belum Dir sebentar lagi beres,
lagi meriksa takut ada yang ketinggalan.” Fausi menjawab dengan santai. “baju
kotor kamu udah dibawa semua belum? Kamu kan gak pernah nyuci baju dikosan
hahahahahahaha……..” Takdir menyahut sambil bercanda. “oh iya….. hampir aja
lupa! Untung kamu ingetin Cak (panggilan untuk temen akrab di Surabaya)
hehehe…... bisa aja kamu!" Sedikit malu Fausi menanggapi celoteh Takdir karena
dia memang malas untuk nyuci baju, semua baju kotornya selalu dibawa pulang
menyuruh adik perempuannya untuk mencuci bajunya. Setelah beberapa menit
akhirnya mereka selesai beres-beres, brum… brum… brum… bunyi mobil terdengar
berbunyi setelah dinyalakan dan dipanaskan oleh Fausi. Sekitar setengah enam
mereka dan siap meninggalkan kosan di kota Surabaya yang ramai dan bising
menuju kampung mereka yang tenang dan damai jauh dari hingar bingar keramaian
kota metropolitan. Raut wajah mereka terlihat berseri-seri karena akan bertemu
dengan keluarga tercinta, sesekali mereka terlihat tertawa geli dan bahagia
berbagi cerita dan pengalaman lucu selama di kampus mereka masing-masing karena
memang berbeda Fakultas. Fausi di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) semester tujuh
di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, sedangkan Takdir di Fakultas Ilmu
Keolahragaan (FIKOR) semester lima di Jurusan Pendidikan Olahraga. Meskipun
berbeda fakultas dan semester tapi tak menghalangi keakraban kedua mahasiswa
tersebut
Pukul
sepuluh lewat lima belas menit Fausi tiba di kampung halamannya desa Modung,
yaitu sebuah desa di Kabupaten Bangkalan MADURA. Desa yang tidak terlalu indah
tapi banyak sawah-sawah hijau terbentang yang sudah mulai menguning yang tidak
lama lagi akan segera di panen oleh sang empunya. Selain banyak sawah yang
membentang, lokasi desa itu juga terletak tidak jauh dari pantai yang jaraknya
hanya sekitar seratus meter tetapi bukan pantai berpasir putih seperti pantai
pada umumnya melainkan pantai lumpur yang dipenuhi oleh pohon bakau di
sepanjang pesisir pantai itu. Terlihat beberapa nelayan membentangkan jaringnya
di laut untuk menangkap ikan untuk dimakan bersama keluarga mereka. “
Assamualaikum warahmatullahi wabarakatuh” terdengar Fausi mengucapkan salam
sambil berteriak sesampainya dipagar rumah. “wa alaikum salam warahmatullahi
wabarakatuh” orang tua beserta saudara dan saudari Fausi menyahuti salam
tersebut, Kemudian Fausi membuka pagar rumah lalu memarkir mobilnya di garasi.
Fausi tidak lupa sungkem (mencium tangan) pada kedua orangtuanya sebuah tanda
penghormatan dan rasa cinta kepada orang tuanya, setelah itu giliran saudara
dan saudarinya sungkem pada Fausi karena dia adalah saudara yang paling tua
yang tinggal dirumah orang tua karena kakak-kakaknya sudah berkeluarga dan
tinggal di rumah mereka sendiri. Tak butuh banyak waktu mereka terlihat
berbincang-bincang melepas kerinduan mereka selama seminggu terpisahkan jarak
dan waktu. Keakraban dan keharmonisan dalam keluarga benar-benar terlihat dan
tercipta dalam keluarga besar itu. Begitu asyiknya mereka ngobrol sambil
bercanda tak terasa sudah waktunya sholat jum’at telah tiba ditandai dengan
bunyi bedug masjid yang ditabuh beberapa kali dan di kumandangkannya adzan
duhur dengan merdu sehingga membuat hati tentram bagi siapapun yang
mendengarkan termasuk Fausi beserta keluarganya. Kemudian mereka semua berwudlu
dan melakukan sholat Jum’at di masjid. Selesai sholat Fausi langsung pulang dan
masuk ke dalam kamarnya untuk tidur siang dan beristirahat melepas lelah
setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh dan menitipkan baju kotor yang dia
bawa dari kosan kepada adik perempuannya untuk dicuci tentunya.
Sore
menjelang gelap sekitar jam setengah lima Fausi sudah bangun duduk santai di
teras rumah sambil menghisap rokok ditemani secangkir kopi hitam disampingnya.
Dia memandang jauh kearah pantai seakan-akan mencoba menghitung berapa banyak
pohon bakau dan para nelayan yang sedang asyik memasukkan ikan-ikan hasil
tangkapan mereka kedalam tempat khusus ikan di sepanjang pantai itu. Tiba-tiba
Fausi terkejut ada seorang perempuan menghampiri sambil berteriak memanggil
namanya “Fausi kamu udah datang ya?”, ternyata dia Halimah seorang gadis yang
lumayan tinggi dan gemuk dihiasi warna kulit sawo matang kehitam-hitaman . “ah
kamu Lim, bikin kaget aja. Mang ada apa kamu teriak-teriak dan mencari aku?” kata
Fausi agak sedikit kesal karena dikagetin. “aku minta tolong dong ajarin
caranya menggunakan HP terutama cara ngebuka dan ngebales SMS.” Pinta Halimah
dengan setengah merajuk. Kebetulan dia baru dibelikan HP sama saudaranya yang
tinggal di Jakarta. “yah GAPTEK banget kamu hari gini gak bisa SMS an. Ya udah
sini aku ajarin.” Meskipun gak suka caranya minta tolong karena ngagetin tapi
akhirnya dia mau juga ngajarin Halimah. “maaf ya Fausi tadi aku bikin kaget
kamu yang lagi asyik ngelamun, habis aku seneng banget kamu dateng karena cuma
sama kamu aku gak malu minta diajarin hehehe….” Sambil tersenyum malu Halimah
minta maaf. “ya udah gak usah di pikirin, sini HP nya aku contohin cara ngebuka
dan ngebales SMS. Hampir satu jam Fausi mengajari Halimah yang susah banget
ngerti cara yang sudah dia jelasin karena memang Halimah adalah seorang gadis
kampung yang berpendidikan rendah sampai-sampai SD aja dia gak lulus. Detik
demi detik berganti dengan menit dan menitpun akan segera berganti jam
tiba-tiba mereka berdua dikagetin dengan HP yang berbunyi tit tit tit……3x
menandakan ada sebuah pesan SMS yang diterima. Segera Fausi menyuruh Halimah
untuk langsung membuka pesan tersebut dengan cara yang telah diajarinya. “udah
coba kamu buka pesan yang baru masuk itu seperti yang aku jelasin tadi”. Tapi
dasar Halimah yang daya tangkapnya sangat kurang gak bisa juga ngebuka pesan
itu meskipun sudah diajari berkali-kali. “aduh aku belum bisa Fausi, kamu aja
deh yang buka sambil aku liatin caranya”. Setelah dibuka oleh Fausi ternyata
pesan itu dari seorang cewek yang bernama Aisyah. “dari siapa pesannya Fausi?”
Halimah bertanya dengan penuh keingintahuan. “dari Aisyah Lim, memang dia
siapa? Fausi menjawab sekaligus balik bertanya. “owh itu saudara sepupuku yang
tinggal di Jakarta, HP ini kan ummi (panggilan ibu/orang yang sudah pergi haji)
nya dia yang beliin.” Jawab Halimah menjelaskan. “gitu ya? Kamu punya fotonya
gak? Siapa tau cocok buat aku hehehehe…” Fausi berceloteh tanpa malu-malu. “aku
punya kok, sebentar ya aku ambil dulu.” Sambil berkata Halimah segera berlalu
mengambil sebuah foto. Beberapa saat kemudian dia datang dengan sebuah foto di
tangannya. “nih fotonya Aisyah, gimana cocok gak? Kata Halimah sembari
tersenyum bertanya. “hahaha kamu beneran ngambil Lim? Tapi ngomong-ngomong
lumayan cakep juga sepupu kamu, cantik, putih, dan langsing gak kayak kamu yang
…………………..” Fausi mengomentarin foto tersebut sambil ngeledek Halimah tapi tidak
di terusin karena melihat wajah Halimah cemberut. “huh dasar kamu seneng banget
ngeledek aku.” Halimah berkomentar sambil sewot. “maaf deh aku becanda kok,
tapi aku boleh simpen foto sama nomor HP Aisyah kan? Fausi minta maaf sambil
ngerayu. “ya udah gak apa-apa tapi sepupuku jangan dipermainkan ya, ntar kamu
berurusan sama aku loh!” Halimah memberi ijin sambil sedikit mengancam.
Cahaya
bulan menyinari malam dengan begitu terang seakan ingin menunjukkan bahwa
cahayanya gak kalah terang dengan matahari yang bersinar di siang hari,
begitupun dengan bintang-bintang yang bertaburan menemani bulan menyinari
malam. Pada saat itu juga hati Fausi bersinar-sinar karena dia punya foto dan
nomor HP seorang cewek cantik meskipun secara resmi belum berkenalan. Tit… tit…
tit…3x terdengar laporan pesan terkirim, ternyata Fausi memberanikan diri untuk
mengirim SMS mengajak berkenalan cewek tersebut. “hai cewek boleh kenalan gak?
Aku Fausi tetangga saudara kamu (Halimah) di kampung”. Begitulah kiranya isi
pesan yang barusan Fausi kirim. Beberapa menit kemudian sebuah pesan balasan
dari Aisyah diterima oleh Fausi. “boleh-boleh aja kok, owh… jd kamu ya yang
ngajarin mbak Yu aku cara menggunakan Hp? Terima kasih ya…” Aisyah menerima
pertemanan yang ditawarkan Fausi dan mengucapkan terima kasih karna telah
mengajari saudaranya. “loh kok kamu tau aku yang ngajarin dia? Ya Cuma gitu
aja, biasa aja kalee” Fausi balik bertanya. “ya iyalah kan habis diajarin sama
kamu dia langsung ngirim SMS sama aku meskipun tulisannya agak berantakan
hehehehe… SMS nya udahan dulu ya Fausi karna aku mau belajar hari senin depan
aku UTS”. Aisyah pamit untuk tidak melanjutkan SMS nya ingin fokus belajar
karena kebetulan dia juga mahasiswi jurusan Broadcasting di Universitas Mercu
Buana (UMB) sebuah Universitas swasta terkenal di Jakarta.
Malam
berganti pagi dan pagi berganti siang, siangpun lambat laun tergantikan oleh
sang malam. Begitulah waktu berlalu dan datang silih berganti hingga tak terasa
sudah tiga hari berlalu dan pertemanan baru kedua insan manusia berlawanan
jenis ini semakin akrab saling bertukar cerita dan pengalaman hidup mereka.
Hari minggu pagi itu Fausi memulai aktivitasnya seperti biasa, setelah sarapan
dia mulai membereskan dan memasukkan baju-baju kedalam tas ranselnya karena
setiap hari minggu siang waktunya dia kembali ke Surabaya untuk menuntut ilmu
kembali. Selesai membereskan perlengkapannya kemudian dia memasukkan semuanya
kedalam mobil. Kring… kring… kring…. Terdengar HP Fausi berdering menandakan
ada seseorang yang sedang menghubunginya. “hallo Assalamu alaikum” Fausi
mengangkat HP nya, “wa alaikum salam, Fausi kamu balik ke Surabaya jam berapa?”
ternyata Takdir yang menelpon dan menanyakan kapan kembali ke kampus tercinta
mereka. “ntar jam satu siang aku berangkat dari rumah, kamu tunggu aja di
tempat biasa ya…” Fausi menjawab pertanyaan temannya dan menyuruh menunggu di
tempat biasa yaitu sebuah warung kopi dekat rumah Takdir. “Ok cak beres..”
Takdir menyanggupi apa yang sudah menjadi kebiasaannya menunggu di kedai itu.
Tepat jam satu siang setelah melaksanakan ibadah sholat duhur Fausi berpamitan
pada kedua orang tua serta semua saudara dan saudarinya. “abah, ummi Fausi
balik dulu ke Surabaya ya”. Dia berpamitan sembari mencium tangan kedua orang
tuanya. “ya nak hati-hati dijalan dan jaga diri baik-baik berada di kampung
orang”. Mereka memberi ijin dan memberi nasihat pada Fausi. Tak lama setelah
itu Fausi menginjak gas mobilnya dan meninggalkan rumah, keluarga besar, serta
kampung halamannya menuju ibu kota Jawa Timur kota Metropolitan Surabaya.
Kira-kira setelah menempuh jarak 7 kilometer dia berhenti di sebuah kedai kopi
tempat Takdir menunggunya, disana Takdir sudah menunggu dengan setia kedatangan
Fausi. Tanpa disuruh lagi Takdir langsung memasukkan semua barang-barangnya
kedalam bagasi mobil kemudian masuk kedalam mobil dan duduk didepan. Dalam
perjalanan menuju Surabaya Fausi dengan bangganya menceritakan apa yang
dialaminya selama tiga hari berada dikampung tak lupa juga dia menceritakan
perkenalannya dengan seorang cewek Jakarta yang sekarang sudah menjadi teman
curhatnya. Takdir dengan penuh antusias mendengarkan cerita temannya itu yang
sesekali menanggapi cerita tersebut. Saking asyiknya mereka bercerita
pengalaman baru yang di alami keduanya di kampung masing-masing, tak terasa
mereka sudah sampai di depan kosan tempat tinggal mereka dan teman-teman yang
lain selama menuntut ilmu.
Hari-hari
yang di lalui Fausi terasa semakin indah karena di samping punya teman akrab
Takdir yang siap menemani dalam suka dan duka dia punya teman cewek yang baru
dia kenal melalui SMS yang tak kalah akbrabnya. pertemanan baru kedua insan
manusia berlawanan jenis itu semakin akrab saja saling bertukar cerita dan
pengalaman dalam hari-hari keduanya sehingga tiada lagi rahasia diantara mereka
berdua. Meskipun jarak memisahkan dan mereka belum pernah bertatap muka
langsung tapi tidak menjadi halangan yang berarti bagi mereka. Sampai akhirnya
pada suatu malam Fausi menelpon Aisyah, kring… kring… kring… “hallo assalamu
alaikum” dengan suara merdunya Aisyah mengangkat telepon dari Fausi. “wa
alaikum salam… gimana kabar kamu neng?” Neng, begitulah Fausi memanggil Aisyah
dan menanyakan keadaannya. “Alhamdulillah aku baik-baik aja kok, kalau kamu
gimana kabarnya?” Alhamdulillah saya baik-baik juga tapi kayaknya ada yang
kurang deh”. Fausi menjawab sambil menggoda Aisyah. “mang apa yang kurang mas?”
Aisyah penasaran bertanya lagi. “ ya ada yang kurang karena gak ada kamu disini
hehehehe….” Jawab Fausi becanda tapi serius. “maksud kamu apa ngomong kayak
gitu?” Aisyah bertanya lagi tambah penasaran. “jujur ya sebenernya aku juga
bingung tentang perasaanku sama kamu, kita tidak pernah bertemu tapi kenapa aku
selalu kangen sama kamu ya?” Fausi menjawab pertanyaan Aisyah dengan jujur apa
yang sedang dia rasakan. “ah kamu bisa aja, gombal banget tau…” Aisyah
mengomentari pernyataan Fausi sambil tersipu malu. “sumpah demi Allah aku gak
bo’ong neng! Aku rasa ini bukan perasaan biasa tapi aku yakin sekarang aku
punya rasa sayang sama kamu..” Fausi mengatakan isi hatinya kembali sambil
menyakinkan Aisyah kalau dia tidak berbohong. “gimana ya…. Sebenernya aku juga
merasakan apa yang kamu rasakan, tapi aku belum yakin ini rasa sayang karena
kita cuma berkomunikasi lewat SMS dan telpon dan tidak pernah bertemu
langsung”. Aisyah juga mengatakan dengan jujur tentang perasaannya. “kamu gak
usah ragu aku yakin rasa ini bener-bener rasa sayang kita masing-masing, dan
ini suatu anugerah dari Allah yang harus kita jaga kesuciannya”. Fausi
menimpali dengan penuh keyakinan dan berharap Aisyah juga meyakininya. “iya
juga sih… tapi aku belum yakin sepenuhnya karena aku belum tau wajah kamu”
Aisyah menyatakan keraguannya. “kalau aku sih udah yakin banget karena aku udah
tau wajah kamu meskipun hanya lewat foto kamu” Fausi menyatakan keyakinannya
kembali. “apa….? Dimana kamu liat foto aku? Iiiihhhhhh…. Kamu curang….” Aisyah
kaget dan tersipu malu karena Fausi udah liat fotonya. “ya aku liat foto kamu
dirumah Halimah, mang dimana lagi? malah foto kamu aku minta dan aku simpen
sampai sekarang”. Fausi memberitahu kapan dan dimana dia liat foto Aisyah dan
malah menyimpannya. “iiiihhhhhh sebel banget deh…. Kamu curang banget! Pokoknya
besok kamu harus ngirimin aku foto kamu, kalau gak jangan harap lagi bisa
menghubungi aku lagi”. Aisyah menuntut keadilan sembari mengancam Fausi. “OK,
siap besok aku kirimin kamu foto aku, dan aku yakin kamu pasti terpana dengan
ketampananku hahahahaha…..” Fausi menyanggupi permintaan Aisyah dengan gayanya
yang kocak. Tanpa terasa malampun semakin larut seiring percakapan kedua
mahasiswa yang berbeda tempat, dan Universitas itupun berakhir.
Rabu
siang matahari menunjukkan keperkasaannya kepada dunia dan seluruh isinya,
karena siang itu cuaca sangat panas dan teriknya matahari begitu menyengat tapi
tak membuat gentar Fausi untuk tetap keluar dari kosannya untuk pergi ke kantor
Pos mengirimkan foto yang diminta oleh Aisyah. Karena jarak kosan dan kantor
Pos tidak begitu jauh tak butuh waktu lama Fausi sampai di tempat tujuan.
Kebetulan antrean di kantor Pos tidak begitu panjang Cuma butuh lima belas
menit akhirnya Fausi selesai mengeposkan fotonya ke Jakarta. Dengan perasaan
lega karena sudah memenuhi janji dan permintaan Aisyah, Fausi langsung pulang
kekosannya. Sesampainya dikosan dia langsung menelpon dan memberitahu Aisyah
kalau fotonya sudah di poskan, besok sudah sampai di Jakarta. Malam ini menjadi
malam yang terasa panjang bagi Aisyah karena sadar atau tidak sadar dia memang
benar-benar penasaran seperti apa wajah Fausi. Keesokan harinya foto itu
bener-bener sampai ke rumah Aisyah dan dia sendiri yang langsung menerimanya
dari tukang pos yang bertugas mengantar. Tanpa pikir panjang lagi Aisyah
langsung menelpon dan memberitahu Fausi kalau fotonya sudah dia terima dan
sudah liat wajah tampan seorang Fausi, ahaaaaaaa… kurang lebihnya begitulah
ceritanya. Singkat cerita merekapun setuju meningkatkan status dari teman akrab
menjadi kekasih karena mereka berdua tidak bisa membohongi perasaan sendiri
kalau mereka telah jatuh cinta satu dengan yang lainnya, walau cuma cukup
melihat foto dan berkomunikasi lewat SMS dan telpon.
Hari
menjelma minggu, minggu bertransformasi menjadi bulan dan bulanpun berlalu
bulan demi bulan dimana saat itu kedua orang tua Fausi pergi ke Jakarta untuk
menghadiri sebuah resepsi pernikahan salah satu saudara yang tinggal di daerah
Jakarta. Saat Fausi mendengar orang tuanya pergi ke Jakarta saat itu juga dia
teringat akan Aisyah dan langsung menelpon kedua orang tuanya dan memohon
mereka berdua mengunjungi keluarga besar Aisyah di Jakarta Barat tepatnya di
daerah Cengkareng. Orang tuanya pun langsung setuju mendengar cerita Fausi yang
meyakinkan dan berjanji akan mengunjungi keluarga Aisyah untuk mengikat Aisyah
menjadi tunangannya setelah acara resepsi pernikahan selesai. Orang tua Fausi
juga mengingatkan jangan terlalu banyak berharap takut tidak sesuai dengan apa
yang di harapkan dan banyak berdo’a pada allah semoga berjalan lancar. Pada
hari minggu orang tua Fausi sudah berada di rumah keluarga Aisyah dan
benar-benar menepati janji mereka pada Fausi. Disana mereka disambut baik
dengan tangan terbuka oleh keluarga Aisyah karena sebelum mereka tiba Fausi
memberitahu Aisyah kalau orang tuanya akan datang untuk mengikatnya dalam
sebuah tali suci pertunangan. Kedua orang tua Fausi dan Aisyah pada awalnya
ragu-ragu untuk memutuskan, mereka juga sama-sama tersenyum dan tertawa seakan
tak percaya dengan cerita percintaan anak-anak mereka tetapi pada akhirnya
kedua belah pihak sama-sama menyetujui mengikat mereka berdua dengan tali
pertunangan karena Aisah dan Fausi berhasil meyakinkan kedua orang tuanya
masing-masing kalau mereka sudah sama-sama mengenal pribadi masing-masing
meskipun secara logika tidak meyakinkan karena mereka belum pernah bertemu
secara langsung hanya berkomunikasi lewat SMS dan telpon serta bertatap muka
cuma lewat foto. Tapi mereka serius dan bertekad akan menjaga hubungan ini ke jenjang yang
lebih sakral yaitu ikatan tali suci pernikahan.
Narasumber: Achmad Fausi