3/08/2014

Pertunangan tanpa Pertemuan


Jumat pagi yang damai, udara terasa sejuk dan dingin masih menyelimuti Lidah Wetan satu wilayah di kota Surabaya. Daerah yang banyak sekali tempat kost mahasiswa karena dekat dengan salah satu dari universitas terbesar di Surabaya yaitu Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Di dalam satu rumah kost semua orang masih terbuai dengan mimpi indah mereka masing-masing kecuali dua mahasiswa, Fausi & Takdir, teman satu kamar yang sudah mulai bangun untuk mandi dan sholat subuh. Setelah selesai mandi dan sholat mereka langsung menyiapkan segala sesuatu kebutuhan mereka selama di perjalanan pulang ke kampung halaman mereka karena sudah menjadi rutinitas mereka setiap hari jumat selalu pulang untuk berkumpul bersama keluarga masing-masing.  “Fausi kamu udah selesai beres-beres?” Tanya Takdir, “belum Dir sebentar lagi beres, lagi meriksa takut ada yang ketinggalan.” Fausi menjawab dengan santai. “baju kotor kamu udah dibawa semua belum? Kamu kan gak pernah nyuci baju dikosan hahahahahahaha……..” Takdir menyahut sambil bercanda. “oh iya….. hampir aja lupa! Untung kamu ingetin Cak (panggilan untuk temen akrab di Surabaya) hehehe…... bisa aja kamu!" Sedikit malu Fausi menanggapi celoteh Takdir karena dia memang malas untuk nyuci baju, semua baju kotornya selalu dibawa pulang menyuruh adik perempuannya untuk mencuci bajunya. Setelah beberapa menit akhirnya mereka selesai beres-beres, brum… brum… brum… bunyi mobil terdengar berbunyi setelah dinyalakan dan dipanaskan oleh Fausi. Sekitar setengah enam mereka dan siap meninggalkan kosan di kota Surabaya yang ramai dan bising menuju kampung mereka yang tenang dan damai jauh dari hingar bingar keramaian kota metropolitan. Raut wajah mereka terlihat berseri-seri karena akan bertemu dengan keluarga tercinta, sesekali mereka terlihat tertawa geli dan bahagia berbagi cerita dan pengalaman lucu selama di kampus mereka masing-masing karena memang berbeda Fakultas. Fausi di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) semester tujuh di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, sedangkan Takdir di Fakultas Ilmu Keolahragaan (FIKOR) semester lima di Jurusan Pendidikan Olahraga. Meskipun berbeda fakultas dan semester tapi tak menghalangi keakraban kedua mahasiswa tersebut
Pukul sepuluh lewat lima belas menit Fausi tiba di kampung halamannya desa Modung, yaitu sebuah desa di Kabupaten Bangkalan MADURA. Desa yang tidak terlalu indah tapi banyak sawah-sawah hijau terbentang yang sudah mulai menguning yang tidak lama lagi akan segera di panen oleh sang empunya. Selain banyak sawah yang membentang, lokasi desa itu juga terletak tidak jauh dari pantai yang jaraknya hanya sekitar seratus meter tetapi bukan pantai berpasir putih seperti pantai pada umumnya melainkan pantai lumpur yang dipenuhi oleh pohon bakau di sepanjang pesisir pantai itu. Terlihat beberapa nelayan membentangkan jaringnya di laut untuk menangkap ikan untuk dimakan bersama keluarga mereka. “ Assamualaikum warahmatullahi wabarakatuh” terdengar Fausi mengucapkan salam sambil berteriak sesampainya dipagar rumah. “wa alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh” orang tua beserta saudara dan saudari Fausi menyahuti salam tersebut, Kemudian Fausi membuka pagar rumah lalu memarkir mobilnya di garasi. Fausi tidak lupa sungkem (mencium tangan) pada kedua orangtuanya sebuah tanda penghormatan dan rasa cinta kepada orang tuanya, setelah itu giliran saudara dan saudarinya sungkem pada Fausi karena dia adalah saudara yang paling tua yang tinggal dirumah orang tua karena kakak-kakaknya sudah berkeluarga dan tinggal di rumah mereka sendiri. Tak butuh banyak waktu mereka terlihat berbincang-bincang melepas kerinduan mereka selama seminggu terpisahkan jarak dan waktu. Keakraban dan keharmonisan dalam keluarga benar-benar terlihat dan tercipta dalam keluarga besar itu. Begitu asyiknya mereka ngobrol sambil bercanda tak terasa sudah waktunya sholat jum’at telah tiba ditandai dengan bunyi bedug masjid yang ditabuh beberapa kali dan di kumandangkannya adzan duhur dengan merdu sehingga membuat hati tentram bagi siapapun yang mendengarkan termasuk Fausi beserta keluarganya. Kemudian mereka semua berwudlu dan melakukan sholat Jum’at di masjid. Selesai sholat Fausi langsung pulang dan masuk ke dalam kamarnya untuk tidur siang dan beristirahat melepas lelah setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh dan menitipkan baju kotor yang dia bawa dari kosan kepada adik perempuannya untuk dicuci tentunya.
Sore menjelang gelap sekitar jam setengah lima Fausi sudah bangun duduk santai di teras rumah sambil menghisap rokok ditemani secangkir kopi hitam disampingnya. Dia memandang jauh kearah pantai seakan-akan mencoba menghitung berapa banyak pohon bakau dan para nelayan yang sedang asyik memasukkan ikan-ikan hasil tangkapan mereka kedalam tempat khusus ikan di sepanjang pantai itu. Tiba-tiba Fausi terkejut ada seorang perempuan menghampiri sambil berteriak memanggil namanya “Fausi kamu udah datang ya?”, ternyata dia Halimah seorang gadis yang lumayan tinggi dan gemuk dihiasi warna kulit sawo matang kehitam-hitaman . “ah kamu Lim, bikin kaget aja. Mang ada apa kamu teriak-teriak dan mencari aku?” kata Fausi agak sedikit kesal karena dikagetin. “aku minta tolong dong ajarin caranya menggunakan HP terutama cara ngebuka dan ngebales SMS.” Pinta Halimah dengan setengah merajuk. Kebetulan dia baru dibelikan HP sama saudaranya yang tinggal di Jakarta. “yah GAPTEK banget kamu hari gini gak bisa SMS an. Ya udah sini aku ajarin.” Meskipun gak suka caranya minta tolong karena ngagetin tapi akhirnya dia mau juga ngajarin Halimah. “maaf ya Fausi tadi aku bikin kaget kamu yang lagi asyik ngelamun, habis aku seneng banget kamu dateng karena cuma sama kamu aku gak malu minta diajarin hehehe….” Sambil tersenyum malu Halimah minta maaf. “ya udah gak usah di pikirin, sini HP nya aku contohin cara ngebuka dan ngebales SMS. Hampir satu jam Fausi mengajari Halimah yang susah banget ngerti cara yang sudah dia jelasin karena memang Halimah adalah seorang gadis kampung yang berpendidikan rendah sampai-sampai SD aja dia gak lulus. Detik demi detik berganti dengan menit dan menitpun akan segera berganti jam tiba-tiba mereka berdua dikagetin dengan HP yang berbunyi tit tit tit……3x menandakan ada sebuah pesan SMS yang diterima. Segera Fausi menyuruh Halimah untuk langsung membuka pesan tersebut dengan cara yang telah diajarinya. “udah coba kamu buka pesan yang baru masuk itu seperti yang aku jelasin tadi”. Tapi dasar Halimah yang daya tangkapnya sangat kurang gak bisa juga ngebuka pesan itu meskipun sudah diajari berkali-kali. “aduh aku belum bisa Fausi, kamu aja deh yang buka sambil aku liatin caranya”. Setelah dibuka oleh Fausi ternyata pesan itu dari seorang cewek yang bernama Aisyah. “dari siapa pesannya Fausi?” Halimah bertanya dengan penuh keingintahuan. “dari Aisyah Lim, memang dia siapa? Fausi menjawab sekaligus balik bertanya. “owh itu saudara sepupuku yang tinggal di Jakarta, HP ini kan ummi (panggilan ibu/orang yang sudah pergi haji) nya dia yang beliin.” Jawab Halimah menjelaskan. “gitu ya? Kamu punya fotonya gak? Siapa tau cocok buat aku hehehehe…” Fausi berceloteh tanpa malu-malu. “aku punya kok, sebentar ya aku ambil dulu.” Sambil berkata Halimah segera berlalu mengambil sebuah foto. Beberapa saat kemudian dia datang dengan sebuah foto di tangannya. “nih fotonya Aisyah, gimana cocok gak? Kata Halimah sembari tersenyum bertanya. “hahaha kamu beneran ngambil Lim? Tapi ngomong-ngomong lumayan cakep juga sepupu kamu, cantik, putih, dan langsing gak kayak kamu yang …………………..” Fausi mengomentarin foto tersebut sambil ngeledek Halimah tapi tidak di terusin karena melihat wajah Halimah cemberut. “huh dasar kamu seneng banget ngeledek aku.” Halimah berkomentar sambil sewot. “maaf deh aku becanda kok, tapi aku boleh simpen foto sama nomor HP Aisyah kan? Fausi minta maaf sambil ngerayu. “ya udah gak apa-apa tapi sepupuku jangan dipermainkan ya, ntar kamu berurusan sama aku loh!” Halimah memberi ijin sambil sedikit mengancam.
Cahaya bulan menyinari malam dengan begitu terang seakan ingin menunjukkan bahwa cahayanya gak kalah terang dengan matahari yang bersinar di siang hari, begitupun dengan bintang-bintang yang bertaburan menemani bulan menyinari malam. Pada saat itu juga hati Fausi bersinar-sinar karena dia punya foto dan nomor HP seorang cewek cantik meskipun secara resmi belum berkenalan. Tit… tit… tit…3x terdengar laporan pesan terkirim, ternyata Fausi memberanikan diri untuk mengirim SMS mengajak berkenalan cewek tersebut. “hai cewek boleh kenalan gak? Aku Fausi tetangga saudara kamu (Halimah) di kampung”. Begitulah kiranya isi pesan yang barusan Fausi kirim. Beberapa menit kemudian sebuah pesan balasan dari Aisyah diterima oleh Fausi. “boleh-boleh aja kok, owh… jd kamu ya yang ngajarin mbak Yu aku cara menggunakan Hp? Terima kasih ya…” Aisyah menerima pertemanan yang ditawarkan Fausi dan mengucapkan terima kasih karna telah mengajari saudaranya. “loh kok kamu tau aku yang ngajarin dia? Ya Cuma gitu aja, biasa aja kalee” Fausi balik bertanya. “ya iyalah kan habis diajarin sama kamu dia langsung ngirim SMS sama aku meskipun tulisannya agak berantakan hehehehe… SMS nya udahan dulu ya Fausi karna aku mau belajar hari senin depan aku UTS”. Aisyah pamit untuk tidak melanjutkan SMS nya ingin fokus belajar karena kebetulan dia juga mahasiswi jurusan Broadcasting di Universitas Mercu Buana (UMB) sebuah Universitas swasta terkenal di Jakarta.
Malam berganti pagi dan pagi berganti siang, siangpun lambat laun tergantikan oleh sang malam. Begitulah waktu berlalu dan datang silih berganti hingga tak terasa sudah tiga hari berlalu dan pertemanan baru kedua insan manusia berlawanan jenis ini semakin akrab saling bertukar cerita dan pengalaman hidup mereka. Hari minggu pagi itu Fausi memulai aktivitasnya seperti biasa, setelah sarapan dia mulai membereskan dan memasukkan baju-baju kedalam tas ranselnya karena setiap hari minggu siang waktunya dia kembali ke Surabaya untuk menuntut ilmu kembali. Selesai membereskan perlengkapannya kemudian dia memasukkan semuanya kedalam mobil. Kring… kring… kring…. Terdengar HP Fausi berdering menandakan ada seseorang yang sedang menghubunginya. “hallo Assalamu alaikum” Fausi mengangkat HP nya, “wa alaikum salam, Fausi kamu balik ke Surabaya jam berapa?” ternyata Takdir yang menelpon dan menanyakan kapan kembali ke kampus tercinta mereka. “ntar jam satu siang aku berangkat dari rumah, kamu tunggu aja di tempat biasa ya…” Fausi menjawab pertanyaan temannya dan menyuruh menunggu di tempat biasa yaitu sebuah warung kopi dekat rumah Takdir. “Ok cak beres..” Takdir menyanggupi apa yang sudah menjadi kebiasaannya menunggu di kedai itu. Tepat jam satu siang setelah melaksanakan ibadah sholat duhur Fausi berpamitan pada kedua orang tua serta semua saudara dan saudarinya. “abah, ummi Fausi balik dulu ke Surabaya ya”. Dia berpamitan sembari mencium tangan kedua orang tuanya. “ya nak hati-hati dijalan dan jaga diri baik-baik berada di kampung orang”. Mereka memberi ijin dan memberi nasihat pada Fausi. Tak lama setelah itu Fausi menginjak gas mobilnya dan meninggalkan rumah, keluarga besar, serta kampung halamannya menuju ibu kota Jawa Timur kota Metropolitan Surabaya. Kira-kira setelah menempuh jarak 7 kilometer dia berhenti di sebuah kedai kopi tempat Takdir menunggunya, disana Takdir sudah menunggu dengan setia kedatangan Fausi. Tanpa disuruh lagi Takdir langsung memasukkan semua barang-barangnya kedalam bagasi mobil kemudian masuk kedalam mobil dan duduk didepan. Dalam perjalanan menuju Surabaya Fausi dengan bangganya menceritakan apa yang dialaminya selama tiga hari berada dikampung tak lupa juga dia menceritakan perkenalannya dengan seorang cewek Jakarta yang sekarang sudah menjadi teman curhatnya. Takdir dengan penuh antusias mendengarkan cerita temannya itu yang sesekali menanggapi cerita tersebut. Saking asyiknya mereka bercerita pengalaman baru yang di alami keduanya di kampung masing-masing, tak terasa mereka sudah sampai di depan kosan tempat tinggal mereka dan teman-teman yang lain selama menuntut ilmu.
Hari-hari yang di lalui Fausi terasa semakin indah karena di samping punya teman akrab Takdir yang siap menemani dalam suka dan duka dia punya teman cewek yang baru dia kenal melalui SMS yang tak kalah akbrabnya. pertemanan baru kedua insan manusia berlawanan jenis itu semakin akrab saja saling bertukar cerita dan pengalaman dalam hari-hari keduanya sehingga tiada lagi rahasia diantara mereka berdua. Meskipun jarak memisahkan dan mereka belum pernah bertatap muka langsung tapi tidak menjadi halangan yang berarti bagi mereka. Sampai akhirnya pada suatu malam Fausi menelpon Aisyah, kring… kring… kring… “hallo assalamu alaikum” dengan suara merdunya Aisyah mengangkat telepon dari Fausi. “wa alaikum salam… gimana kabar kamu neng?” Neng, begitulah Fausi memanggil Aisyah dan menanyakan keadaannya. “Alhamdulillah aku baik-baik aja kok, kalau kamu gimana kabarnya?” Alhamdulillah saya baik-baik juga tapi kayaknya ada yang kurang deh”. Fausi menjawab sambil menggoda Aisyah. “mang apa yang kurang mas?” Aisyah penasaran bertanya lagi. “ ya ada yang kurang karena gak ada kamu disini hehehehe….” Jawab Fausi becanda tapi serius. “maksud kamu apa ngomong kayak gitu?” Aisyah bertanya lagi tambah penasaran. “jujur ya sebenernya aku juga bingung tentang perasaanku sama kamu, kita tidak pernah bertemu tapi kenapa aku selalu kangen sama kamu ya?” Fausi menjawab pertanyaan Aisyah dengan jujur apa yang sedang dia rasakan. “ah kamu bisa aja, gombal banget tau…” Aisyah mengomentari pernyataan Fausi sambil tersipu malu. “sumpah demi Allah aku gak bo’ong neng! Aku rasa ini bukan perasaan biasa tapi aku yakin sekarang aku punya rasa sayang sama kamu..” Fausi mengatakan isi hatinya kembali sambil menyakinkan Aisyah kalau dia tidak berbohong. “gimana ya…. Sebenernya aku juga merasakan apa yang kamu rasakan, tapi aku belum yakin ini rasa sayang karena kita cuma berkomunikasi lewat SMS dan telpon dan tidak pernah bertemu langsung”. Aisyah juga mengatakan dengan jujur tentang perasaannya. “kamu gak usah ragu aku yakin rasa ini bener-bener rasa sayang kita masing-masing, dan ini suatu anugerah dari Allah yang harus kita jaga kesuciannya”. Fausi menimpali dengan penuh keyakinan dan berharap Aisyah juga meyakininya. “iya juga sih… tapi aku belum yakin sepenuhnya karena aku belum tau wajah kamu” Aisyah menyatakan keraguannya. “kalau aku sih udah yakin banget karena aku udah tau wajah kamu meskipun hanya lewat foto kamu” Fausi menyatakan keyakinannya kembali. “apa….? Dimana kamu liat foto aku? Iiiihhhhhh…. Kamu curang….” Aisyah kaget dan tersipu malu karena Fausi udah liat fotonya. “ya aku liat foto kamu dirumah Halimah, mang dimana lagi? malah foto kamu aku minta dan aku simpen sampai sekarang”. Fausi memberitahu kapan dan dimana dia liat foto Aisyah dan malah menyimpannya. “iiiihhhhhh sebel banget deh…. Kamu curang banget! Pokoknya besok kamu harus ngirimin aku foto kamu, kalau gak jangan harap lagi bisa menghubungi aku lagi”. Aisyah menuntut keadilan sembari mengancam Fausi. “OK, siap besok aku kirimin kamu foto aku, dan aku yakin kamu pasti terpana dengan ketampananku hahahahaha…..” Fausi menyanggupi permintaan Aisyah dengan gayanya yang kocak. Tanpa terasa malampun semakin larut seiring percakapan kedua mahasiswa yang berbeda tempat, dan Universitas itupun berakhir.
Rabu siang matahari menunjukkan keperkasaannya kepada dunia dan seluruh isinya, karena siang itu cuaca sangat panas dan teriknya matahari begitu menyengat tapi tak membuat gentar Fausi untuk tetap keluar dari kosannya untuk pergi ke kantor Pos mengirimkan foto yang diminta oleh Aisyah. Karena jarak kosan dan kantor Pos tidak begitu jauh tak butuh waktu lama Fausi sampai di tempat tujuan. Kebetulan antrean di kantor Pos tidak begitu panjang Cuma butuh lima belas menit akhirnya Fausi selesai mengeposkan fotonya ke Jakarta. Dengan perasaan lega karena sudah memenuhi janji dan permintaan Aisyah, Fausi langsung pulang kekosannya. Sesampainya dikosan dia langsung menelpon dan memberitahu Aisyah kalau fotonya sudah di poskan, besok sudah sampai di Jakarta. Malam ini menjadi malam yang terasa panjang bagi Aisyah karena sadar atau tidak sadar dia memang benar-benar penasaran seperti apa wajah Fausi. Keesokan harinya foto itu bener-bener sampai ke rumah Aisyah dan dia sendiri yang langsung menerimanya dari tukang pos yang bertugas mengantar. Tanpa pikir panjang lagi Aisyah langsung menelpon dan memberitahu Fausi kalau fotonya sudah dia terima dan sudah liat wajah tampan seorang Fausi, ahaaaaaaa… kurang lebihnya begitulah ceritanya. Singkat cerita merekapun setuju meningkatkan status dari teman akrab menjadi kekasih karena mereka berdua tidak bisa membohongi perasaan sendiri kalau mereka telah jatuh cinta satu dengan yang lainnya, walau cuma cukup melihat foto dan berkomunikasi lewat SMS dan telpon.
Hari menjelma minggu, minggu bertransformasi menjadi bulan dan bulanpun berlalu bulan demi bulan dimana saat itu kedua orang tua Fausi pergi ke Jakarta untuk menghadiri sebuah resepsi pernikahan salah satu saudara yang tinggal di daerah Jakarta. Saat Fausi mendengar orang tuanya pergi ke Jakarta saat itu juga dia teringat akan Aisyah dan langsung menelpon kedua orang tuanya dan memohon mereka berdua mengunjungi keluarga besar Aisyah di Jakarta Barat tepatnya di daerah Cengkareng. Orang tuanya pun langsung setuju mendengar cerita Fausi yang meyakinkan dan berjanji akan mengunjungi keluarga Aisyah untuk mengikat Aisyah menjadi tunangannya setelah acara resepsi pernikahan selesai. Orang tua Fausi juga mengingatkan jangan terlalu banyak berharap takut tidak sesuai dengan apa yang di harapkan dan banyak berdo’a pada allah semoga berjalan lancar. Pada hari minggu orang tua Fausi sudah berada di rumah keluarga Aisyah dan benar-benar menepati janji mereka pada Fausi. Disana mereka disambut baik dengan tangan terbuka oleh keluarga Aisyah karena sebelum mereka tiba Fausi memberitahu Aisyah kalau orang tuanya akan datang untuk mengikatnya dalam sebuah tali suci pertunangan. Kedua orang tua Fausi dan Aisyah pada awalnya ragu-ragu untuk memutuskan, mereka juga sama-sama tersenyum dan tertawa seakan tak percaya dengan cerita percintaan anak-anak mereka tetapi pada akhirnya kedua belah pihak sama-sama menyetujui mengikat mereka berdua dengan tali pertunangan karena Aisah dan Fausi berhasil meyakinkan kedua orang tuanya masing-masing kalau mereka sudah sama-sama mengenal pribadi masing-masing meskipun secara logika tidak meyakinkan karena mereka belum pernah bertemu secara langsung hanya berkomunikasi lewat SMS dan telpon serta bertatap muka cuma lewat foto. Tapi mereka serius dan bertekad  akan menjaga hubungan ini ke jenjang yang lebih sakral yaitu ikatan tali suci pernikahan.

Narasumber: Achmad Fausi


Tidak ada komentar: